WAKTU SAAT INI

Rabu, 12 Mei 2010

ISLAM DI JEPANG



Masjid Kobe, masjid pertama di jepang
19 Jan, 2010
Author: Agus Mulyadi | Filed Under: sejarah |
Kobe Mosque merupakan masjid pertama di Jepang. Masjid ini dibangun tahun 1928 di Nakayamate Dori, Chuo-ku. Kobe berarti gate of God atau gerbang Tuhan.
Spoiler for dari luar:


Banyak pedagang muslim, di antaranya dari India dan Turki yang berinisiatif mendirikan masjid sebagai tempat ibadah bersama. Setelah mendapat izin dari kekaisaran Jepang, dan dibantu para arsitek India, dengan arsitektur bergaya Turki, akhirnya pada bulan Oktober 1935, masjid ini resmi dibuka untuk tempat ibadah umat muslim.
Spoiler for interior masjid:

Pada masa perang dunia kedua, ketika bom sekutu meluluhlantakkan bangunan di Jepang, masjid ini tetap berdiri kokoh atas perlindungan Allah swt.
Spoiler for masjid jepang:

Kini masjid yang memiliki imam masjid Imam Mohsen Shaker al-Bayoumi, lulusan Universitas Al Azhar, Kairo, memiliki bangunan berlantai tiga untuk menampung jemaah muslim setempat maupun pendatang yang jumlahnya berkembang pesat. Dua orang Jepang muslim pertama yang diketahui ialah Mitsutaro Takaoka Taro Takaoka yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar Yamaoka selepas menunaikan haji di Mekah. Serta Bumpachiro Ariga yang pada waktu yang sama telah pergi ke India untuk berniaga dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang muslim setempat, serta mengambil nama Ahmad Ariga.

Pada hikayat yang berlainan dikisahkan bahwa seorang Jepang yang dikenali sebagai Torajiro Yamada mungkin merupakan orang Jepang muslim pertama ketika beliau melawat negara Turki disebabkan kasihan terhadap mereka yang nahas dalam kapal Ertugrul. Beliau mengambil nama Abdul Khalil.

Komunitas muslim, konon bermula datangnya beratus-ratus, pelarian muslim Turki, Uzbek, Tajik, Kirghiz, Kazakh dan Tatar Turki. Yang lain dari Asia Tengah dan Rusia, dampak dari Revolusi Bolshevik semasa Perang Dunia I. Orang-orang muslim yang diberikan perlindungan di Jepang ini, menetap di beberapa bandar raya utama di sekitar Jepang dan menumbuhkan komunitas-komunitas muslim yang kecil. Sebagian orang Jepang memeluk Islam melalui hubungan mereka dengan orang-orang muslim ini.

Ada sebuah kisah menarik, pilot-pilot Jepang yang pergi ke negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia sebagai tentera semasa Perang Dunia II diajarkan mengungkapkan Laillaha illallah ketika pesawat-pesawat mereka ditembak jatuh di kawasan-kawasan ini supaya mereka tidak dibunuh. Sebuah pesawat Jepang telah dikatakan ditembak jatuh dan pilotnya ditangkap oleh penduduk-penduduk. Apabila pilot itu menjeritkan kata-kata tersebut, dia menjadi heran ketika penduduk-penduduk itu mengubahkan sikap-sikap mereka terhadapnya, dan memperlakukannya dengan baik. Hingga kini umat muslim di Jepang berkisar 200 ribu dengan 50 ribu di antaranya merupakan warga pribumi Jepang.

Masjid di Tokyo Mengadakan Lomba Hafalan Quran Untuk Anak-anak
Senin, 02/03/2009 08:36 WIB | email | print | share
Membesarkan anak-anak di negeri yang budayanya jauh dari nilai-nilai Islam memang cukup sulit. Seorang muslimah berkebangsaan jepang mengeluhkan sulitnya anak-anak mereka yang beranjak remaja untuk diajak ke masjid, padahal sewaktu kecil mereka di didik dan dikenalkan dengan Islam. Ditengah-tengah kecemasan masyarakat Jepang dengan rendahnya angka kelahiran, keluarga-keluarga muslim yang umumnya mempunyai banyak anak harus lebih berperan dalam mencetak generasi-generasi muslim yang tangguh. Namun itupun belum dikatakan memberikan harapan bagi dakwah Islam seandainya mereka tidak menjadi muslim yang taat.
Ini yang mendorong mesjid-mesjid di Tokyo untuk mengadakan program pembinaan sejak dini. Berkaitan dengan itu, Mesjid Otsuka, hari Sabtu lalu (28 februari 2009) mengadakan lomba hafalan Al Qur'an untuk anak-anak. Lomba ini diikuti kelas Al Quran dari Mesjid Hira dan juga diikuti secara telekonferens oleh Masjid Kuba di luar area Tokyo. Tidak kurang dari 30 anak dari kedua mesjid hadir. Mereka anak-anak keturunan Jepang, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, dan lainnya.
Lomba dimulai dengan permainan "bismillah". Permainan ini bertujuan untuk menekankan kepada anak-anak akan pentingnya membaca bismillah sebelum melakukan segala kegiatan. Permainan ini dilakaukan oleh grup dengan dipimpin oleh pembawa acara. Lalu pembawa acara akan memberikan perintah-perintah sederhana agar diikuti, misalnya angkat tangan kiri, angkat tangan kanan, duduk, berdiri, dan sebagainya. Secara acak, pembawa acara akan menyebutkan perintah-perintah tersebut, ada yang diawali dengan diawali kalimat bismillah ada juga yang tidak. Sedangkan peserta harus mengikuti perintah yang diawali dengan bismillah. Misalnya "bismillah angkat tangan kanan", diikuti peserta, "(tanpa bismillah) sekarang angkat tangan kiri", jika ada peserta yang mengikuti instruksi yang kedua, dia didiskualifikasi dan keluar dari grup. Permainan ini cukup menyenangkan, anak-anak tertawa-tawa dengan riang, sedangkan orang tua mereka juga tersenyum-senyum menyaksikan kelucuan anak-anak mereka.
Lomba yang cukup menyorot perhatian adalah lomba hafalan Qur'an. Di lomba ini anak-anak dari ketiga mesjid secara bergantian mendemonstrasikan hafalan Qur'an yang mereka kuasai. Setiap seorang anak maju, audiens akan diberitahu berapa banyak yang sudah dihafal oleh anak ini. Ada yang beberapa surat, bahkan ada yang sampai empat juz. Setiap selesai seorang anak melafazkan ayat-ayat Al Quran, audiens akan berucap "masya Allah" karena kagumnya. Ada seorang anak yang bahkan mendemonstrasikan hafalan surat Yasin dan Ar Rahman.
Haroon Qureshi, aktivis mesjid Otsuka mengatakan bahwa kelas Al Quran di mesjid itu bisa diikuti sejak anak berumur 4 tahun. Mesjid ini juga membuka kelas hafiz yang bisa diikuti setiap malam. Ustadz yang mengajar pun seorag hafiz Al Qur'an. Selain itu mesjid ini setiap dua bulan mendatangkan ustadz-ustadz lain dari berbagai negara untuk mengajar di Jepang setiap dua bulan.
Pada umumnya mereka berinteraksi dengan anak-anak Jepang lainnya di sekolah umum, sehingga kemampuan bahasa Jepang mereka layaknya warga asli Jepang. Karena itu, kegiatan ini selalu menggunakan bahasa Jepang.
Salah satu lomba yang juga tidak kalah menarik adalah lomba presentasi. Lima orang anak maju untuk memberikan presentasi mengenai materi-materi dasar ke Islam an. Masing-masing menggunakan slide yang ditulis dalam bahasa Jepang. Secara fasih, mereka mengenalkan logika-logika yang menantang orang untuk memikirkan tentang Islam. Salah seorang anak misalnya, dengan gaya retorikanya bertanya kepada audiens, "Mengapa Tuhan itu satu? Mengapa tidak dua. Bayangkan kalau tuhan ada dua, pasti jadi kacau ya. Coba pikirkan kalau dalam satu perusahaan ada dua presiden. Presiden mana yang akan kita ikuti?". Tak henti-hentinya audiens mengucap "masya Allah" dan "Subhanallah" melihat anak-anak mereka yang cerdas. Tidak kalah meriah, lantunan nasyid yang mereka nyanyikan bersama tentang kalimat La ilaaha ilallah dan bismillah. Di satu sisi mereka anak-anak biasa yang selalu riang, bermain, tertawa-tawa dan tidak jarang membuat gaduh mesjid, tapi di sisi lain, mereka adalah kader yang akan mengemban tugas dakwah beberapa tahun ke depan di masyarakat Jepang.
Di penutupan acara, seorang ustadz di mesjid Hira berkata kepada audiens, "Lihatlah mereka, anak-anak kita, mereka menghafal Al Quran, mereka juga saling berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Dalam bahasa ini pula mereka akan menyampaikan pesan-pesan dakwah Islam". Ustadz ini juga menekankan pentingnya peran orangtua dalam mendidik anak-anak mereka.
Juga agar orangtua mereka juga tidak mengabaikan Al Quran. Memang kehidupan di pusat kota Tokyo adalah kehidupan yang sangat sibuk, sehingga tak jarang orang tua hanya mempercayakan pendidikan kepada lembaga-lembaga sekolah, tempat penitipan anak dan kelas-kelas Al Quran.
Dalam Sehari, 10 WN JEPANG Masuk Islam, Sekolah Islam Pertama Di Tokyo Bakal Didirikan!!

Katagori : Muslim Convert News
Oleh : Redaksi 30 Aug 2007 - 10:24 pm

Dr Zakaria Ziyad, kepala Lembaga Kaum Muslimin (LKM), di Jepang mengungkapkan, Islamic Center yang terletak di ibukota Jepang, Tokyo tengah merintis pendirian sekolah Islam pertama di Jepang. Ia menambahkan, sebagian data statistik menunjukkan, dalam sehari, sekitar 10 WN Jepang masuk Islam.

Dalam wawancaranya dengan surat kabar ‘Khaleej’ yang terbit di Emirat, Ziyad, mengatakan, saat ini telah dibeli sebidang tanah di dekat Masjid Terbesar di Tokyo. Rencananya akan didirikan sebuah sekolah di areal tersebut.

Ziyad, yang mengajar sebagai dosen di Tokyo University dan juga ketua Ikatan Mahasiswa Muslim (IMM) di Jepang menyiratkan, kaum Muslimin di Jepang selalu ragu-ragu untuk membangun masjid. Akibatnya, di seantero Jepang baru ada sekitar 50 buah masjid saja yang harus melayani ribuan kaum Muslimin.

Padahal, konstitusi Jepang menyatakan tidak ikut campur dalam permasalahan keyakinan agama. Sayangnya, kaum Muslimin masih tidak mampu untuk mendirikan masjid, yang sebetulnya merupakan pintu penting untuk menjaga identitas Islam dan kaum Muslimin di Jepang.

Ziyad menyebutkan, di antara masjid paling menonjol yang ada di negeri itu adalah masjid ‘Nagoya’ yang didirikan oleh Kementerian Wakaf, Uni Emirat Arab. Pendiriannya saat itu menelan biaya sebesar 1,5 juta Dolar AS yang didesain dengan gaya arsitektur tercanggih. Selain itu, ada juga masjid Besar Tokyo dan Osaka.

Sejumlah masjid dan mushalla yang ada di Jepang kekurangan imam dan para khatib yang seharusnsya dapat memberdayakan kaum Muslimin Jepang dan mengenalkan kepada mereka prinsip-prinsip agama. Kebanyakan Dai kaum Muslimin yang dikirim negara-negara Arab dan Islam tidak menguasai bahasa Jepang.

Zakaria mengingatkan, negeri Sakura tersebut amat memerlukan seorang Mufti yang bersedia tinggal di tengah kaum Muslimin di Jepang agar dapat memberikan fatwa agama yang benar kepada mereka. Ia mengatakan, semua orang akan mengenal seberapa besar problematika yang dihadapi manakala mengetahui bahwa jumlah imam yang ada saat ini di Jepang tidak lebih dari 5 orang saja.!!

Ia menyebutkan, salah satu organisasi Islam di Jepang telah membeli sebidang tanah di dekat ibukota Jepang, Tokyo. Di atas tanah itu, didirikan sejumlah pekuburan yang sedianya menjadi tempat kaum Muslimin yang meninggal dunia dikuburkan secara gratis. Hal ini, mengingat harga tanah di Jepang amat mahal. Demikian pula, dapat menguburkan kaum Muslimin sesuai dengan syariat mereka. Sebab orang-orang Jepang membakar jenazah orang-orang yang meninggal dunia di kalangan mereka.

Zakaria mengimbau kepada negara-negara Arab dan Islam agar membantu kaum Muslimin Jepang dengan mengirimkan para Dai yang bekerja menyebarkan pengetahuan Islam. Dalam waktu yang sama, ia juga meminta yayasan-yayasan dakwah Islam besar untuk meningkatkan kerja kerasnya di Jepang. Hal ini mengingat negeri matahari itu dinilai sebagai ladang yang subur untuk penyebaran dakwah Islam.

Ziyad mengatakan, masyarakat Jepang tidak menyimpan rasa benci terhadap Islam ataupun kaum Muslimin. Belum pernah terjadi, ada seorang Muslim yang mengalami kesulitan atau masalah, baik ia seorang WN pribumi Jepang maupun warga pendatang. Ia menyiratkan, pemerintah dan rakyat Jepang memberikan kaum Muslimin kebebasan total dalam menjalankan syiar agama mereka.

Ia juga mengatakan, Islam masuk ke Jepang sudah sejak 200 tahun lalu melalui para pedagang Muslim. Sebagian WN pribumi Jepang yang masuk Islam di luar negaranya kembali ke sana menyebarkan Islam.

Jumlah kaum Muslimin dari WN pribumi Jepang ada sekitar 100.000 ribu orang. Sedangkan kaum Muslimin non WN asli Jepang dari kalangan pendatang yang tinggal di Jepang mencapai 150.000 orang Muslim.

Sedangkan mengenai aktifitas LKM dan IMM di sana, Zakaria mengatakan, lembaga itu didirikan untuk mengurusi permasalahan kaum Muslimin di Jepang. Sedangkan IMM didirikan tahun 1960 dengan tujuan memperhatikan para mahasiswa Muslim yang belajar di Jepang. Di samping itu, menyediakan buku-buku tentang pengetahuan Islam dan memberikan kemudahan bagi kaum Muslimin dalam menjalankan keseharian mereka. Begitu pula, berkat koordinasi dengan sejumlah lembaga-lembaga Islam, di antaranya Lembaga Kaum Muslimin, keduanya sama-sama mengawasi anak-anak generasi baru dari kalangan kaum Muslimin. Di samping itu, IMM juga menyediakan ‘Islam Guide’ untuk membantu para pemuda Islam mengenal lokasi-lokasi makanan halal dan menjalankan syiar-syiar dan ibadah-ibadah Islam.

Kehilangan identitas Islam merupakan problem paling krusial yang dihadapi generasi-generasi baru Islam Jepang. Demikian seperti diungkapkan Zakaria yang menjelaskan, bahwa penyebab hal itu adalah karena tidak adanya satu sekolah Islam pun di Jepang hingga saat ini.! (almkhtsr/AS/alsofwah.or.id)

Islam is Rahmatan Lil Alamin